Di Piala Sudirman 2025, Alwi Farhan dan Mohammad Zaki Ubaidillah tampil cukup menjanjikan. Tapi kedua tunggal putra Indonesia itu masih perlu pembuktian.
Selain Jonatan Christie, keberhasilan Indonesia melangkah ke semifinal dan meraih medali perunggu tak lepas dari peran Alwi (19 tahun) dan Ubed, sapaan Moh. Zaki Ubaidillah (17 tahun).
Mereka menjalankan tugasnya masing-masing saat tampil di penyisihan Grup D kala menghadapi Inggris, India, Denmark, kemudian Thailand di perempatfinal, dan Korea Selatan saat di semifinal.
Alwi bahkan bisa dikatakan menjadi salah satu pahlawan Indonesia di tunggal putra. Dia menyelesaikan tugasnya dengan mengalahkan Anders Antonsen (Denmark) dan Cho Geonyeop (Korea Selatan) di Piala Sudirman 2025.
Ubed, yang debut di ajang Piala Sudirman, juga sukses menyumbangkan poin bagi Indonesia saat melawan tim Inggris. Hal ini pula yang membuat nama keduanya meroket dan digadang-gadang menjadi penerus Jonatan ke depannya.
Pelatih Kepala Tungga Putra Utama Indra Widjaja mengakui level permainan atlet-atlet muda sudah mendekati top level. Hanya saja mereka perlu lebih ditempa dan punya jam terbang lebih banyak.
“Intinya kalau dibilang mau cepat (regenerasi) pastinya mau cepat, harus cepat banget, tapi semua butuh proses dan kesabaran. Apalagi saya sebagai pelatih harus sabar dalam arti proses latihan harus dijalani dengan benar. Ya, dari porsi latihan apa semua, apalagi yang nunggu di luar pasti ingin cepat. Sama kita punya ambisi seperti itu,” kata Kepala Pelatih Tunggal Putra Utama Indra Widjaja, seperti dikutip dalam video wawancara federasi, Senin (5/5).
“Kalau saya lihat Alwi, Ubed, permainannya sudah mendekati top level, terbukti dengan mengalahkan Antonsen bukan sesuatu yang istilahnya untung-untungan tapi level permainan anak-anak memang sudah di sana.”
“Tapi yang perlu diingat atlet yang sudah menjadi pemain top juga perlu satu jam terbang, tingkat kematangan, dan itu yang perlu diuji. Seperti Alwi, Ubed, oke kita bicara menjanjikan tapi untuk prosesnya ini enggak bisa dibilang mudah,” ujarnya.
Eks pelatih Lee Zii Jia ini mencontohkan saat Alwi menghadapi wakil Korea Selatan di semifinal. Juara dunia junior 2023 itu tampak gugup khususnya di gim pertama.
“Nah, ini jam terbang yang harus dilewati, yang mana ini satu pengalaman mahal, syukur (Alwi) bisa mencerna, mendengar masukan pelatih, dan bisa berubah. Ini kan situasinya berbalik seperti melawan Antonsen, dia main nothing to lose tanpa beban. Saat lawan Korea terbalik nih, dia justru terbeban harus sumbang poin,” Indra mengungkapkan.
“Terlihat kan goyangnya tapi tak apa-apa supaya dia merasakan itu. Nah itu lah yang dibilang proses jam terbang yang harus mereka lalui semua.”
Ke depan, Indra mengatakan akan lebih cermat dalam memilih turnamen yang tepat untuk para pemainnya. Ini tidak lepas dari usaha memoles Alwi Farhan dan Ubed dengan sebaik mungkin.
“Dalam waktu dekat ada beberapa turnamen, minggu depan, lalu bulan depan ada Indonesia Open. Terutama untuk Alwi, ini sudah masuk top ranking dan main di event super 1000,” ujarnya.
“Lalu seperti Ubed masih di ranking 77, tak semua turnamen diikuti sehingga perlu step by step dan pembuktian lagi dari anak-anak ini. Ubed di Taiwan (Taipei Open) perlu dibuktikan lagi. Jadi biar mereka ditempa dulu dan yang saya mau anak-anak di setiap turnamen maksimal dulu seperti saat kemarin all out semua di Piala Sudirman. Itu dulu tunjukkan,” Indra mempertegas.