Sarana olahraga mumpuni jadi salah satu modal utama melahirkan atlet berkualitas. Itulah mengapa pentingnya ketersediaan sarana olahraga di setiap desa di Indonesia.
Hal ini dikatakan Menteri Pemuda dan Olahraga Dito Ariotedjo saat membuka Apel Pemuda Pelopor Siaga Membangun Desa di Lapangan Desa Jatake, Kecamatan Pagedangan, Kabupaten Tangerang, Banten, Senin (16/6).
Program tersebut merupakan kolaborasi antara Kementerian Pemuda dan Olahraga bersama Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) yang bertujuan melahirkan pemuda-pemuda yang mandiri, inspiratif, dan menjadi penggerak kemajuan desa menuju Indonesia Maju.
Salah satu caranya adalah dengan menyiapkan sarana olahraga yang memadai di setiap desa di Indonesia, agar tumbuh minat anak-anak berolahraga. Nantinya ini berguna untuk melahirkan bibit-bibit atlet berprestasi di Indonesia.
Selama ini Indonesia memang tidak pernah kekurangan bibit atlet. Sayangnya, kadang tidak dibarengi dengan fasilitas yang memadai untuk pengembangan atlet.
Itulah mengapa Kemenpora dan Kemendes PDTT sudah melakukan Program Satu Desa Satu Lapangan sejak 2017. Untuk tahun ini ada juga dana desar yang dialokasikan untuk program serupa, tapi dengan skala yang lebih luas karena mencakup juga unsur kepemudaan.
“Saya menerima banyak laporan positif, misalnya di Sumatera Barat dan Jawa Barat, dana desa dimanfaatkan untuk membangun lapangan sepak bola berstandar FIFA serta creative hub bagi pemuda,” ujar Dito dalam rilis kepada detikSport.
Dito juga menegaskan pentingnya membangun infrastruktur olahraga di desa untuk mendukung peningkatan Indeks Pembangunan Pemuda (IPP), khususnya dalam aspek kepemimpinan dan ketenagakerjaan. Menurutnya, olahraga merupakan salah satu jalur strategis yang dapat ditempuh pemuda desa untuk mengembangkan potensi sekaligus membangun prestasi.
“Kalau pemuda desa sehat, aktif, dan punya fasilitas olahraga yang memadai, bukan tidak mungkin dari desa akan lahir atlet-atlet masa depan Indonesia,” lanjutnya.
Politisi Partai Golkar itu juga mengapresiasi langkah konkret Kemendes PDTT yang membuka ruang lebih luas bagi pemberdayaan pemuda desa, termasuk lewat pendirian koperasi olahraga, BUMDes berbasis olahraga, dan pembinaan klub-klub lokal.
“Ini bukti kolaborasi konkret. Kita bangga dengan desa-desa yang sudah punya lapangan, akademi bola, bahkan sudah membina kompetisi internal antar-kampung. Ini bibit prestasi olahraga yang harus kita dukung.”
Pada akhirnya, pemerintah melalui program ini berharap desa tidak hanya menjadi pusat pertanian atau ekonomi kreatif, tetapi juga pusat pengembangan talenta olahraga nasional.