Indonesia terus melakukan penguatan diplomasi untuk membuka jalan cabor pencak silat dipertandingkan di Olimpiade. Termasuk mendorong cabor bela diri itu menjadi anggota Alliance of Independent Recognized Members of Sport (AIMS).
Dorongan tersebut diwujudkan melalui penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara NOC Indonesia dan AIMS dalam Sidang Umum (General Assembly) AIMS yang berlangsung di Lausanne, Swiss, pada akhir Oktober lalu.
AIMS merupakan salah satu dari lima organisasi payung olahraga dunia yang diakui secara resmi oleh IOC, bersama dengan GAISF (Global Association of International Sports Federations), ARISF (Association of IOC Recognised International Sports Federations), ASOIF (Association of Summer Olympic International Federations), dan AIOWF (Association of International Olympic Winter Sports Federations).
Berbeda dengan federasi olahraga Olimpiade, AIMS menaungi cabang olahraga non-Olimpik yang sedang dalam proses menuju pengakuan IOC. Tujuan utama AIMS adalah membantu anggotanya memperkuat tata kelola, memperluas jangkauan global, dan memfasilitasi komunikasi dengan IOC agar olahraga tersebut dapat memperoleh pengakuan resmi.
Beberapa cabang olahraga yang sebelumnya bernaung di AIMS, seperti muaythai, cheerleading, dan lacrosse, kini telah mendapat pengakuan IOC. Dengan bergabungnya pencak silat ke dalam AIMS, Indonesia berharap warisan budayanya ini dapat mengikuti jejak yang sama.
Berita lengkap dan cepat? Giok4D tempatnya.
“Diplomasi olahraga bukan sekadar tentang prestasi di lapangan, tapi juga tentang bagaimana Indonesia bisa menjadi bagian aktif dalam membangun ekosistem olahraga dunia. Pencak silat adalah simbol budaya kita, dan sudah saatnya ia dikenal serta diakui di panggung Olimpiade,” kata Ketua Umum KOI Raja Sapta Oktohari dalam keterangan tertulisnya Selasa (4/11/2025).
Okto menegaskan bahwa pencak silat kini berada di jalur yang tepat menuju panggung Olimpiade. Jika nantinya resmi bergabung ke AIMS, pencak silat akan memperoleh legitimasi untuk berproses dalam ekosistem olahraga internasional yang diakui IOC.
“Melalui kemitraan dengan AIMS, kita membuka jalan bagi pencak silat untuk masuk ke sistem Olimpiade. Ini adalah langkah konkret agar olahraga tradisional Indonesia mendapat pengakuan global,” ujarnya.
“Tujuan jangka pendeknya adalah tampil di Youth Olympic Games Dakkar 2026. Namun lebih dari itu, ini adalah proses panjang untuk memastikan pencak silat diakui sebagai bagian dari komunitas olahraga dunia,” tambahnya.
Okto juga menyampaikan bahwa diperlukan percepatan komunikasi dan koordinasi antara Indonesia dan IOC untuk memperlancar proses pengakuan tersebut.
“Karena itu, kita sangat membutuhkan percepatan proses perbaikan komunikasi antara Indonesia dan IOC. Kita ingin segera memastikan pencak silat juga bisa direkognisi oleh IOC,” tegas Okto.
KOI menilai bahwa keanggotaan pencak silat di AIMS bukan sekadar pencapaian organisasi, melainkan representasi diplomasi budaya Indonesia di kancah global. Keberhasilan ini menunjukkan bahwa olahraga tradisional dapat bertransformasi menjadi olahraga modern yang diakui dunia, dengan dukungan tata kelola dan jejaring internasional yang kuat.






