Kisah Zahrotus Syifa, Raih Medali Asian Youth Games usai Latihan 2 Bulan

Posted on

Atlet Indonesia Zahrotus Syifa mencatatkan nama sebagai peraih medali perunggu Asian Youth Games 2025. Kesuksesan itu menambah keyakinannya untuk melanjutkan kariernya sebagai atlet teqball.

Datang tanpa target medali, Persatuan Olahraga Teqball Seluruh Indonesia (POTSI) justru menyumbang medali bagi Indonesia pada ajang Asian Youth Games yang berlangsung Exhibition World Bahrain.

Ialah Syifa yang sukses merebut tempat ketiga pada nomor tunggal putri. Syifa memenangkan laga perebutan perunggu atas wakil Irak, Narjis Al Dulaimi, dua set langsung 12-4 dan 12-4. Syifa setibanya di Tanah Air mengaku bangga atas pencapaian yang ia raih. Terlebih persiapannya cuma dua bulan.

“Alhamdulillah tak menyangka mendapat medali karena ini baru dan saya mulai latihan dua bulan,” kata Syifa seperti dikutip Minggu (26/10/2025).

Syifa mengawali kariernya sebagai atlet sepak takraw, kemudian ia pindah ke teqball. Ia dipilih Pengurus Pusat (PP) POTSI karena dinilai berpotensi.

“Lawan terberat saya di AYG itu Thailand, China, Malaysia juga lumayan berat, dan Irak,” tuturnya.

Sementara itu, manajer Timnas teqball untuk AYG Zulfikar menjelaskan awal mula pemilihan Syifa dan kawan-kawan untuk dipelatnaskan.

“Basic-nya takraw kemudian kami dari pengurus mencari beberapa atlet yang berprestasi khususnya youth. Salah satunya adalah Syifa dan beberapa atlet lain. Kami juga melihat beberapa laporan dari Pengprov POTSI di daerah yang menyatakan memberikan beberapa atlet kepada kami,” ujarnya.

“Kemudian kami lakukan training camp dua bulan. Lalu mereka belajar teqball, tapi memang basicnya tidak jauh dari takraw jadi kami pilih. Mereka pun juga berkenan pindah ke teqball,” lanjutnya.

Zulfikar mengakui bahwa olahraga teqball belumlah terlalu familiar terutama di Tanah Air. Makanya, ia lebih banyak mengambil potensi dari cabor lain seperti takraw dan sepakbola, lantaran dinilai punya kemiripan sehingga tak menyulitkan atlet untuk beradaptasi.

“Tapi pastinya kami akan mencari lagi, dan kami sangat apresiasi atlet-atlet yang sekarang yang mau benar-benar mengikuti training camp selama dua bulan. Kami akan melakukan talent scouting lagi, mencari-cari bakat-bakat atlet lain melalui pengprov-pengprov dari POTSI,” tegas Zulfikar.

Olahraga teqball diperkenalkan pada tahun 2018 setelah Komite Olimpiade Asia (OCA) mengakui keberadaan induk organisasi internasionalnya, FITEQ. Kemudian teqball masuk Association of National Olympic Committees of Africa (ANOCA) dan pada November 2020, masuk keanggotaan Asosiasi Global Federasi Olahraga Internasional (GAISF).

Teqball adalah olahraga bola yang dimainkan di atas meja melengkung, menggabungkan elemen sepakbola dan tenis meja. Para pemain akan bergantian memukul bola dengan bagian tubuh mana pun kecuali lengan dan tangan. Saat ini, olahraga teqball tengah berjuang untuk bisa tampil di Olimpiade terutama level remaja.

“Kalau Olympic sementara belum ada kabar dari federasi internasionalnya, tetapi dari kami karena olahraga ini belum termasuk familiar, hanya beberapa negara saja, jadi menurut saya potensinya sangat besar untuk mengikuti Youth Olympic Games,” tegas Zulfikar.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *