Perombakan ganda putra pelatnas menghasilkan sukses Fajar Alfian/Muhammad Shohibul Fikri jadi juara. Bagaimana legenda hidup bulutangkis Mohammad Ahsan menilainya?
“Bagus juga karena mungkin buat mereka biar fresh juga ya, supaya satu sama lain tahu juga, kekurangan partner kelebihan partner. Kalau pisahkan baru kelihatan biasanya, nanti seperti ini karena orang ini seperti apa,” kata Ahsan saat ditemui di Daddies Arena BSD, Tangerang Selatan, Banten.
Ahsan pernah punya pengalaman soal perombakan rekan duet, terutama saat bersama Hendra Setiawan. Dipasangkan pertama kali tahun 2012 dan berhasil mencatatkan hasil mentereng yakni juara dunia dua kali, 2013 dan 2015, The Daddies pisah pada 2016.
Ahsan kemudian tandem dengan Rian Agung Saputro, sedangkan Hendra berpartner dengan Tan Boon Heong (Malaysia) dengan status pemain independen.
Selang setahun, duet Hendra/Ahsan balik lagi. Tepatnya pada 2018. Perlahan tapi pasti, pasangan gaek ini sukses bersaing dengan atlet-atlet muda. Musim 2019 menjadi cerita paling epik, di mana Hendra/Ahsan berhasil menjuarai turnamen-turnamen paling penting: All England, kejuaraan dunia, hingga juga BWF World Tour Final.
Hendra/Ahsan mampu menempati peringkat tiga besar dunia. Sampai akhirnya mereka sama-sama pensiun pada awal 2025. Ahsan menilai, perpisahan itu cukup memberikan manfaat baginya dan Hendra.
“Kami kan sudah ada chemistry ya, jadi memang benar-benar (saat) pisah itu, kami masih punya komitmen lagi berdua dan dari segi permainan kami enggak terlalu perlu menyesuaikan banget. Karena kami sudah partner-an lama, pisah, mungkin jadi fresh lagi juga. Jadi mengerti satu sama lain lah mungkin partner yang sebelumnya gimana atau yang aslinya bagaimana,” ujar Ahsan.
“Pasti sih (jadi tahu cocoknya ke Hendra). Tapi kami harus butuh komitmen. Waktu itu kami umur juga yang bersaing, enggak muda lagi, dan bersaing dengan yang muda-muda.”
“Tapi secara permainan cara chemistry mungkin masih tetap tapi kan sudah agak tertinggal dari segi umur, dari tenaga, jadi kami benar-benar harus mengejar di situ. Dan saya salut sama Koh Hendra juga karena kami balik lagi pun masih ada komitmen. Jadi mungkin saya jadi ketarik komitmen juga.”
“Alhamdulillah bisa balik lagi. Itu ya balik lagi ke diri atletnya masing-masing ya. Seperti apa pun pelatih mau ngapain, kalau atletnya enggak komitmen dan kerja keras, ya agak susah,” tegas dia.
Sehubungan itu, Ahsan berharap, ganda putra Indonesia saat ini dapat lebih berbenah. Tidak hanya atlet tapi juga pelatihnya.
“Iya kemarin sih memang kita harus akui cukup ketinggalan ya, tapi saya rasa semua sudah berbenah ya dari pelatih, dari atletnya juga. Akhirnya kan atletnya yang harus berjuang. Mereka harus benar-benar kerja keras lagi. Berkacalah gitu level mereka tuh di mana sekarang,” ujarnya.
“Apabila ketinggalan ya sudah enggak apa-apa tapi mereka harus berbenah. Jangan ketinggalan, ya sudah, tapi ya begitu aja. Ada koreksilah dari diri mereka untuk berbenah bahwa mereka itu masih tertinggal. Dan saya rasa Mereka kan punya bakat bagus semua, kerja keras juga, mungkin ada pelatih yang sudah membimbing lagi. Saya rasa kalau mereka masih komitmen, masih berjuang serasa mereka harusnya masih bisa,” kata Mohammad Ahsan.