ISG 2025 dan Pelajaran Berharga Tim Muaythai RI Jelang Kejuaraan Dunia

Posted on

Tim Muaythai Indonesia gagal meraih medali di Islamic Solidarity Games (ISG) 2025. Hasil itu menjadi pelajaran berharga menuju Kejuaraan Dunia 2026.

Di ISG 2025, Muaythai Indonesia mengandalkan tiga atlet putra dan putri yakni Ardiansyah, Antonia Bui Ola, dan Angelina Runtukahu. Mereka harus puas sampai babak perempatfinal

Angelina Runtukahu, yang turun di kelas 50-55kg, terhenti di perempatfinal usai dikalahkan atlet Uni Emirat Arab, Zineb Bouhmad, setelah tidak dapat melanjutkan ronde pertama saat skor mencatatkan 9-10 poin.

Sedangkan di sektor putra kelas 70-75kg, Ardiansyah memulai kiprahnya dengan kemenangan walk over (WO) atas atlet Malaysia, Ammarul Shafiq bin Ubaidillah, di babak 16 besar. Langkah Ardiansyah lalu terhenti setelah kalah tipis 27-30 dari Mohammed Yousuf Jahangir dari Afghanistan dalam perebutan tiket ke semifinal.

Sementara di kelas 55-60kg putri, Antonia Bui Ola yang langsung melangkah ke babak perempatfinal, juga harus mengakhiri perjuangannya setelah kalah dari petarung Arab Saudi, Soha Alfar dengan skor tipis 28-29.

Meski belum berhasil membawa pulang medali ISG 2025, tim Muaythai Indonesia memetik banyak pelajaran. Apalagi ke depan mereka akan mempersiapkan menuju Kejuaraan Dunia pada bulan Maret 2026.

“Kami bersyukur diberi kesempatan main di Islamic Solidarity Games. Kami menyadari bahwa di pertandingan kemarin sudah level dunia, dengan persiapan yang minim dibandingkan dengan negara lain, apalagi lawannya tuan rumah,” kata Pelatih Muaythai Hendra J Masie setibanya di Tanah Air, Minggu (16/11/2025).

“Ke depan, atlet-atlet ini akan kami persiapkan untuk Kejuaraan Dunia Muaythai pada Maret 2026. Sejauh ini, anak-anak punya mental bagus, kalau teknik memang jauh di atas kita semua. Itu yang perlu ditambah lagi. Tapi saya senang mereka berani,” tuturnya.

“Dan training camp-nya harapannya dapat dimulai sejak Desember agar persiapannya lebih maksimal. Kalau kemarin di ISG kan kami persiapan cuma dua pekan, sudah begitu mereka berlatih di daerah masing-masing.”

Dalam kesempatan yang sama, Angelina mengatakan, perlu menambah power agar bisa bersaing ke depannya. “Saya baru merasakannya kemarin bahwa power kurang saat melawan atlet UEA. Jadi ke depan akan banyak nge-gym agar lebih kuat lagi,” tutur Angelina.

“Selain itu, perbedaan kami dengan lawan ialah size. Mereka itu tinggi-tinggi jadi jangkauannya lawan bisa lebih jauh. Sementara kalau kita yang lebih rendah agak susah untuk masuk,” lanjutnya.

Hal serupa diungkapkan Ardiansyah, menurutnya fisik dan teknik akan menjadi fokusnya dalam mempersiapkan diri menuju Kejuaraan Dunia. “Kalau saya harus tambah teknik dan fisiknya saja (lebih dikuatkan lagi).”