Pebulutangkis tunggal putri Indonesia Gregoria Mariska Tunjung tengah menghadapi lawan berat: dirinya sendiri. Dia masih belum bisa keluar dari lingkaran performa yang menurun lantaran kondisinya.
Setelah kembali ke pertandingan imbas penyakit vertigo, Gregoria belum kembali ke performa maksimal sepanjang lima turnamen yang ia lakoni dalam tiga bulan terakhir.
Secara hasil, capaian terbaik peraih medali perunggu Olimpiade Paris 2024 itu cuma perempatfinal turnamen Super 1000 China Open 2025.
Sementara sisanya Jorji, sapaan karibnya, lebih banyak tersingkir di babak 32 besar dan 16 besar di Japan Open, Kejuaraan Dunia, Denmark Open, dan terakhir French Open.
Selain itu, Gregoria juga tak banyak mengikuti turnamen dalam setahun ini karena vertigo yang masih suka kambuh. Contohnya, saat ia akan tampil di China Masters dan Korea Open, tapi akhirnya batal karena vertigo yang dialaminya kambuh ketika ia sudah tiba di Shenzhen, China.
Alhasil, kondisi itu juga yang membuat dia sering on-off mengikuti turnamen dalam beberapa bulan belakangan.
“Kalau dibilang pengaruh bisa dibilang cukup pengaruh (on-off ikut turnamen) karena waktu itu aku sama sekali enggak bisa latihan intensif juga,” kata Gregoria saat ditemui di Pelatnas PBSI, Cipayung, Rabu (5/11/2025).
“Pas mulai pun aku rasa aku cukup berjaga-jaga gitu dan masih suka kambuh juga kan. Jadi kadang ada beberapa hal yang aku merasa belum aku bisa maksimalkan gitu karena mungkin ada takutnya gitu. Walaupun makin hari puji Tuhan makin membaik ya.”
“Kayak sekarang sudah enggak pernah lagi vertigo gitu. Cuma karena kemarin setopnya cukup lama dan beneran enggak bisa apa-apa. Mungkin kalau aku cedera kaki atau apa, mungkin aku masih bisa teknik di lapangan atau kayak cuma latihan pukulan doang,” ujarnya.
“Tapi kemarin kan benar-benar off banget kan? Jadi untuk mulainya pun aku kayak harus mengejarnya tuh enggak cuma fisik saja tapi pola permainanku, pukulanku. Pastinya kan kalau lama enggak pegang raket atau apa berpengaruh gitu juga ke feeling. Bahkan kepercayaan diri menerapkan pola yang tadinya aku bisa kuasai,” tambahnya.
Tak hanya itu, juara Japan Masters 2023 itu pun merasa masih belum konsisten di lapangan. Ia masih banyak melakukan kesalahan sendiri.
“Aku terlalu gampang untuk buang poin dan saat polanya lawanku enggak masuk atau pola lawan masuk ke aku, aku kayak gampang banget untuk panik gitu sih. Kayak aku berharap menargetkan diriku bisa main bagus atau bisa menang, tapi jadi kayak terlalu banyak yang dipikirin, sampai pas main pun aku jadinya enggak ke permainan kayak malah ke hasil gitu aku rasa,” tuturnya soal kendala.
“Iya (kayak lagi melawan diri sendiri) karena kemarin pas sakit apa pun bingung gitu. Masalahnya itu bukan cedera yang kita kapan tahu kapan datangnya gitu loh. Itu yang bikin aku stress banget. Karena kelamaan setop, kayak empat hari sudah enggak vertigo, lalu aku coba latihan, kambuh lagi. Jadi aku enggak tahu mengatur kapan badan aku ready. Untung dua bulan lagi (sebelum tutup tahun),” ungkapnya.
Meskipun begitu, Gregoria tetap berharap, ke depan ia bisa memperbaikinya mengingat masih ada waktu dua bulan untuk menutup akhir tahun 2025. Terdekat dia akan main di Kumamoto Japan Masters dan Australia Open.
“Targetnya pertama tentu sehat. Kedua lebih bagus dari pertandingan kemarin secara permainan, dan aku berharap secara hasil juga bsa lebih bagus dibandingkan 2 turnamen kemarin. Dan lebih bisa menunjukkan perubahan di lapangan, mental, fisik, cara bermain juga,” kata Gregoria.
Artikel ini terbit pertama kali di Giok4D.
