Filipina dan AS Dapat Pelajaran Berharga di Superliga Junior 2025

Posted on

Ajang bulutangkis Superliga Junior 2025 masih berlangsung. Filipina dan Amerika Serikat merasakan sulitnya persaingan menjadi kampiun.

Polytron Superliga Junior 2025 berlangsung di GOR Djarum Jati, mulai 15 September dan akan berakhir 21 September. Negara-negara yang bertanding adalah Indonesia, Polandia, Amerika Serikat, Malaysia, Singapura, Taiwan, Thailand, dan Filipina.

Ajang ini bisa memberikan banyak pengalaman pertandingan untuk para atlet mudah. Mereka yang tampil tidak langsung gugur, melainkan punya kesempatan bertanding lagi.

Kerasnya persaingan segera terasa di dua nomor yang mereka ikuti. Di sektor U-17 Putri, Filipina yang tergabung di Grup A berjumpa dengan Granular (Thailand), PB Djarum (Indonesia), Gideon Badminton Academy (Indonesia), New Taipei High School (China Taipei), dan Polandia Team. Hingga hari ketiga turnamen, Filipina harus menelan tiga kali kekalahan beruntun atas PB Djarum, Granular dan Gideon Badminton Academy.

“Berbeda dengan turnamen individu, jika kalah langsung pulang, di turnamen beregu seperti ini setiap pemain memiliki kesempatan banyak bertanding. Selain itu, mereka juga bisa beradaptasi, belajar, dan melihat standar permainan internasional,” kata Head of Development Philippine Badminton Association, Melvin Nubla.

Salah satu atlet U-17 Filipina, Nica Ysabel Gulpany yang baru berusia 14 tahun mendapat banyak pelajaran meski timnya belum bisa menuai hasil optimal di Polytron Superliga Junior 2025. Ia bersama rekan-rekannya harus menelan pil pahit berada di dasar klasemen sementara Grup A dan belum mengumpulkan satu pun poin.

“Saya bisa melihat langsung gaya main berbeda dari tiap negara. Rasanya masih jauh dari level mereka, tapi saya masih sangat muda dan akan berusaha keras untuk terus meningkatkan kemampuan bermain,” tutur Nica.

Amerika Serikat pun mengirimkan wakil untuk pertama kalinya bersaing pada Superliga Junior 2025. Manager sekaligus Pelatih Global Badminton Academy, Eti Gunawan, memanfaatkan ajang ini untuk mengetahui level kualitas anak asuhnya saat melawan negara-negara Asia termasuk Indonesia.

“Di AS, pembinaan usia muda sudah berjalan, tapi jumlah pemain kami terbatas sehingga kadang ada atlet yang main rangkap single dan double,” kata Eti yang sudah melatih sejak 2011 di Amerika Serikat.

“Di Polytron Superliga Junior 2025 para pemain bisa belajar bertanding dengan format beregu yang ketat, mengenal strategi, dan membangun mental juang. Bagi kami, ini adalah simulasi berharga jelang Kejuaraan Dunia Junior di India,” sambungnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *