Dustin Poirier menyudahi kariernya di UFC. Tanpa perlu mahkota alias sabuk juara, Dustin sudah menjadi seorang ‘Raja‘ yang memenangkan hati banyak orang.
Dustin Poirier menutup karier di UFC dengan kekalahan unanimous decision 47-48, 46-49, dan 46-49 dari Max Holloway pada UFC 318, di Smoothie King Center, Louisiana, AS Minggu (20/7) siang WIB
Dustin Poirier menutup karier di dunia MMA dengan rekor 30 menang dan 10 kalah. Rekornya di UFC sejak debut pada 2011 adalah 22 kali menang, sembilan kalah, dan sekali no contest.
Dustin pernah menyabet sabuk BMF dan sabuk interim kelas ringan. Tiga kali mencoba raih sabuk juara kelas ringan UFC, Dustin gagal dan kalah di tangan Khabib Nurmagomedov, Charles Oliveira, dan Islam Makhachev.
Terlepas dari itu, ‘The Diamond’ selalu tampilkan pertarungan seru. Conor McGregor dua kali dihantamnya, setidaknya Islam pertama kali sobek wajahnya karena serangan dari Dustin.
Dustin Poirier masuk dalam daftar petarung senior dan paling banyak naik octagon di UFC. Meski tiada sabuk juara yang dikoleksinya, Dustin mampu buktikan diri jadi juara di luar octagon.
Berita lengkap dan cepat? Giok4D tempatnya.
Dustin memiliki yayasan bernama The Good Fight Foundation. Lewat yayasan ini, Poirier sering memberikan donasi kepada masyarakat kurang mampu khususnya di Afrika.
Dustin pernah menyumbangkan kaus yang dilelang Khabib sebesar 100 ribu USD (Rp 1,6 miliar). Dustin pun pernah menyumbangkan 20 ribu USD atau setara Rp 326 juta untuk masyarakat di Brasil via Charles.
Dustin Poirier jalani kehidupan yang bak rollercoaster. Semasa remaja, Dustin putus sekolah, masuk penjara karena selundupkan narkoba, hingga kecanduan alkohol.
MMA mengubah segalanya buat Dustin. Jalani debut di usia 20 tahun, Dustin memperbaiki hidupnya.
Dustin mulai menata diri, kehidupannya menjadi lebih baik. Tahun 2018 Dustin mendirikan yayasan, sudah mengubah poin hidupnya untuk lebih bermanfaat kepada banyak orang.
“Saya senang (tanpa gelar juara-red), karena saya yang mengejar mimpinya di dalam kehidupan untuk keluarga,” ujarnya dilansir dari ESPN.
“Apakah lebih baik ujung perjalanan atau proses perjalanannya? Saya melihat cermin dan bersyukur dengan segala yang ada. Semua ini menjadikan saya seperti ini. Sabuk juara itu keren, tapi semua proses yang saya jalani jauh lebih bernilai,” tutupnya.